Jumat, 06 November 2015

Sediaan Cair (1) : Suspensi


Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika digojog perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali.
Suatu sediaan obat dibuat dalam bentuk suspensi karena:
1.    Bahan obat tidak larut tapi masih dikehendaki dalam bentuk cair, misalnya untuk pasien yang tidak bisa menelan tablet atau kapsul atau untuk sediaan parentral.
2.    Untuk obat tertentu, dalam suspensi lebih stabil daripada larutan, misalnya tetracyclin HCI yang dibuat dalam bentuk larutan akan cepat rusak, sedang tetracyclin  base yang dibuat dalam bentuk suspensi akan lebih stabil.
3.    Untuk obat tertentu, rasa dalam bentuk suspensi lebih enak daripada larutan, misalnya chloramphenicol dalam bentuk larutan rasanya pahit, sedangkan chloramphenicol palmitat/stearat dalam bentuk suspensi rasanya lebih enak.
4.    Untuk tujuan “depo therapy” , misalnya : injeksi suspensi intra muscular.

Penggunaan suspensi antara lain :
1.       Oral, misal : - Suspensi chloramphenicol palmitat
-   Suspensi tetracyclin
2.       Injeksi (IM), misal suspensi procain penicillin
3.       Rektal, misal suspensi paranitro sulfathiazol
4.       Kulit, misal suspensi calamine

Pembuatan suspensi pada umumnya ada 2 cara :
1.    Cara pengendapan (presipitasi)
2.    Cara langsung (dispersi)

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi antara lain :
1.       Ukuran partikel
2.       Sedikit banyaknya pergerakan partikel.
3.       Tolak menolak antar partikel karena adanya muatan listrik pada partikel.
4.       Konsentrasi suspensoid.
Kalau muatan partikel diabaikan maka faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi sebenarnya dapat dilihat dari hukum Stokes :
Pada pembuatan suspensi dikenal dua macam sistem :
1.       Sistem flokulasi
2.       Sistem deflokulasi

Sistem flokulasi
Dalam sistem flokulasi partikel terflokulasi adalah terikat lemah cepat mengenap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali.

Sistem deflokulasi
Dalam sistem ini, partikel terdeflokulasi mengenap perlahan dan akhirnya membentuk “cake” yang keras dan sukar tersuspensi kembali.

Sifat-sifat relatif partikel flokulasi dan deflokulasi sebagai berikut :
Flokulasi
1.       Partikel merupakan agregat yang bebas.
2.       Sedimentasi terjadi cepat, partikel mengendap sebagai flok yaitu kumpulan partikel.
3.       Sedimen terbentuk cepat.
4.       Sedimen dalam keadaan terbungkus dan bebas, tidak membentuk cake yang keras dan padat, dan mudah terdispersi kembali seperti semula.
5.       Ujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi cepat terjadi dan diatasnya terjadi cairan yang jernih dan nyata.

Deflokulasi
1.       Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain.
2.       Sedimentasi terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal.
3.       Sedimen terbentuk lambat.
4.       Akhirnya sedimen akan membentuk “cake” yang keras dan sukar terdispersi kembali.
5.       Ujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa endapan dan cairan atas berkabut.

Peristiwa flokulasi dan deflokulasi
Ada beberapa cara dalam pembuatan suspensi. Pemilihannya tergantung pada apakah partikel akan terflokulasi atau terdeflokulasi. Cara pertama dengan menggunakan structured vehicle yang berfungsi menjaga agar partikel tetap terdeflokulasi dalam suspensi. Yang kedua adalah menggunakan sistem terflokulasi sebagai suatu cara mencegah terbentuknya “cake”, sedangkan yang ketiga adalah kombinasi dari keduanya yang menghasilkan suatu suspensi dengan stabilitas optimal.
Elektrolit merupakan bahan pemflokulasi yang paling banyak digunakan. Bahan ini beraksi dengan mengurangi kekuatan tolak menolak elektrik antar partikel sehingga memungkinkan partikel-partikel membentuk flok. Dalam suatu suspensi yang terflokulasi, fase terdispersi akan mengendap secara cepat dan supernatannya merupakan cairan yang jernih. Untuk menilai suatu emulsi dapat dipergunakan perbandingan volume endapan pada suatu saat dengan volume mula-mula sebagai harga volume pengendapan.
F = Vu/Vo
Dimana :
F              = Volume pengendapan
Vu          = Volume endapan setelah proses pengendapan
Vo          = Volume suspensi sebelum pengendapan


Robinson dkk menggunakan perbandingan yang sama tetapi dengan tinggi endapan.
F = Hu/Ho
Dimana :
F              = Volume pengendapan
Hu          = Tinggi endapan setelah proses pengendapan
Ho          = Tinggi suspensi mula-mula sebelum pengendapan.
Suatu parameter yang lebih baik untuk menilai suspensi adalah dengan menggunakan derajat flokulasi (B) yang menerangkan hubungan antara volume pengendapan suspensi terflokulasi (B) dengan volume pengendapan suspensi yang sama jika suspensi tersebut dalam keadaan terdeflokulasi (F inf). Suspensi yang terdeflokulasi sempurna akan mempunyai endapan yang relatif kecil yang ditandai dengan V~. Volume pengendapan suspensi tersebut berdasarkan persamaan (1) menjadi :
F > V~/Vo
Perbandingan antara F dengan F~ adalah derajat flokulasi (B)
B = F/F~
Substitusi harga F dan F~ dari persamaan (1) dan (3) ke persamaan (4) menjadi :
B=Vu/Vo-Vu
     V~Vo-V~
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa :
B=Vu/Vo-Vu      
      V~Vo-V~
Apabila harga B = 1 berarti tidak terjadi flokulasi dalam sistem tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar