Jumat, 06 November 2015

Sediaan Cair (2) : Emulsi


Emulsi adalah suatu sistem dispersi yang terdiri dari dua cairan yang tidak tercampurkan, yang satu terdispersi di dalam yang lain dalam bentuk tetes-tetes kecil yang mempunyai diameter pada umumnya kurang dari 0,1 mikron.
 Umumnya emulsi terdiri dari fase minyak dan fase air, dimana suatu campuran minyak dan air. Bila dikocok akan diperoleh campuran yang homogen. Sistem yang demikian mempunyai stabilitas minimal dan dalam waktu singkat akan memisah kembali. Stabilitas sistem ini dapat diperbesar, dengan bantuan suatu bahan penolong yang disebut emulgator.

Dalam sitem dispersi tersebut cairan yang terdispersi disebut fase dispers atau fase intern. Sedangkan cairan dimana fase dispers disebut medium dispers atau fase ekstern/fase kontinnu. Kedua fase tersebut yang berair dapat terdiri dari air atau campuran sejumlah substansi hidrofil, seperti: alkohol, glikol, gula, garam mineral, garam organik dan lain-lain. Fase yang lain adalah fase organik yang pada umumnya berminyak, dapat terdiri dari susbtansi lipofil seperti asam lemak, alkohol asam lemak, lilin, zat-zat aktif liposolubel dan lain-lain.

Tipe Emulsi
Dalam farmasi zat cair yang pada umumnya digunakan dalam formulasi sediaan emulsi adalah minyak dan air, maka tipe emulsi dapat dibagi menjadi:
a.    Emulsi tipe minyak/air (m/a) atau oleum/water (o/w)
Adalah emulsi dimana minyak terdispersi dalam bentuk tetes-tetes kecil di dalam air.
b.    Emulsi tipe air/minyak (a/m) atau water/oleum (w/o)
Emulsi dimana air terdispersi dalam minyak.

Penggunaan Emulsi
Sediaan farmasi maupun kosmetika bentuk emulsi banyak sekali dijumpai baik untuk pemakaian topikal maupun sistemik, misalnya :
Per-oral : Kebanyakan adalah tipe o/w, bentuk ini mempunyai banyak keuntungan selain mudah diabsorbsi, homogenitas dosis mudah didapat.
Topikal : dalam sediaan farmasi topikal maupun kosmetika, tipe emulsi baik o/w maupun w/o banyak sekali digunakan tergantung maksud penggunaannya.

Pembuatan emulsi
Cara pencampuran
1.       Bila menggunakan surfaktan
a.     Surfaktan yang larut dalam minyak, larutkan dalam minyak. Sedangkan surfaktan yang larut dalam air dilarutkan dalam air. Kemudian fase minyak ditambahkan ke dalam fase air. Cara ini digunakan bila diinginkan terbentuknya sabun hasil reaksi, sebagai emulgator.
b.                     Fase minyak ditambah surfaktan (misalnya Tween dan span). Dipanaskan kurang lebih 60-70oC kemudian fase air ditambahkan porsi per porsi sambil diaduk hingga terbentuk emulsi, kemudian didinginkan sampai temperatur kamar sambil dilakukan pengadukan.
2.       Bila menggunakan hidrokoloid atau padatan yang terdispersi
a.       Metoda Anglosaxon/Metoda Inggris/Gom Basah/Metoda Larutan
Dibuat musilago antara emulgator dengan sebagian air, kemudian minyak dan air ditambahkan sedikit demi sedikit secara bergantian sambil diaduk.
b.      Metoda Continental (4-2-1)/Metoda Gom Kering/Metode Suspensi
Minyak 4 bagian ditambah gom 1 bagian dihomogenkan dalam mortir kering, kemudian ditambahkan 2 bagian air, diaduk hingga korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa airnya sedikit demi sedikit sampai habis sambil diaduk.
c.       Metoda Botol/Botol Forbes
Metoda ini digunakan untuk minyak-minyak menguap dan minyak-minyak kurang kental. Metoda ini merupakan suatu variasi dari metode gom kering.

Alat Untuk Membuat Emulsi
Dalam pelaksanaannya efektivitas memperkecil ukuran partikel atau efektifitas perhomogenannya bisa berlainan tergantung jenis alat yang digunakan.
1.       Pengaduk (mixer)
Jenis pengaduk ini bermacam ragamnya tergantung dari banyak volume cairan kekentalan dansebagainya. Alat ini mempunyai sifat menghomogenkan dan sekaligus memperkecil ukuran partikel walaupun efek menghomogenkan cairan lebih dominan. Selain spesifikasi untuk tiap alatnya, harus dijaga sekali agar tidak terlalu banyak udara yang ikut terdispersi ke dalam cairan dan menjadi buih. Karena semua yang terdispersi akan mengkonsumsi sebagian surfaktan sehingga menjadi gelembung atau busa. Adanya busa ini terutama akan mengganggu pembacaan volume bila dilakukan pengisian dalam wadah.
2.       Homogenizer
Alat ini mempunyai karaktristik memperkecil ukuran partikel yang sangat efektif namun tidak menghomogenkan campuran. Pengecilan partikel terjadi karena cara kerja alat ini yaitu dengan menekan cairan, dipaksa melalui suatu celah yang sempit yang kemudian dibenturkan ke suatu dinding atau ditumbukkan pada peniti-peniti metal yang ada dalam celah tersebut. Cara ini sangat efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel rata-rata kurang dari 1 mikron.

Kontrol Emulsi
Kontrol emulsi dimaksudkan untuk mengetahui sifat fisika dari emulsi dan dipergunakan untuk mengevaluasi kestabilan emulsi.
Ada beberapa cara kontrol emulsi :
1.       Determinasi tipe emulsi
-          Metode pengenceran : beberapa tetes emulsi ditambahkan dalam tabung yang berisi air, bila campuran homogen atau emulsi terencerkan oleh air maka emulsi bertipe o/w dan sebaliknya.
-          Metode pewarnaan : emulsi tipe o/w akan terwarnai oleh zat warna yang larut dalam air dan sebaliknya emulsi tipe w/o dapat diwarnai oleh zat warna yang larut dalam minyak.
-          Konduktibilitas elektrik : air pada umumnya merupakan konduktor yang lebih baik dibanding minyak. Bila emulsi dapat menghantar listrik maka emulsi tersebut bertipe o/w.
-          Pencucian
-          Percobaan cincin.
2.       Distribusi granulometrik
Dengan mengetahui distribusi granulometrik dari partikel fase dispers dan diameter rata-ratanya, maka ini bisa untuk mengevaluasi kestabilan emulsi vs waktu. Distribusi granulometrik juga menunjukkan tingkat dispersitas yang dapat diketahui melalui pengamatan secara mikroskopis atau mikrofotografik. Bila terjadi peristiwa koalesensi/pengapungan, diameter rata-rata partikel akan berubah menjadi besar.
3.       Determinasi sifat rheologi
Kontrol sifat rheologi adalah penting, karena perubahan sifat tersebut dapat disebabkan proses fabrikasi maupun penyimpanan sehingga dapat mempengaruhi pemakaiannya.
4.       Tes penyimpanan yang dipercepat
Tes ini dimaksudkan untuk memperpendek waktu pengamatan kestabilan suatu sediaan suspensi. Dalam prakteknya agar diperoleh gambaran yang lebih mendekati keadaan yang sesungguhnya perlu dicari korelasi antara kondisi pengamatan yang dipercepat dengan pengamatan sesungguhnya dalam kondisi normal.

Ada beberapa cara tes penyimpanan yang dipercepat:
1.         Temperatur 40 – 600C
Dengan penyimpanan pada suhu relatif tinggi, maka viskositasnya akan menurun dan seterusnya akan mempengaruhi kestabilan fisika emulsi.
2.         Sentrifugasi
Pemusingan pada kecepatan tertentu akan menaikkan harga g (gravitasi) pada rumus Stokes, sehingga akan terjadi pemisahan partikel yang lebih cepat pula.
3.         Shock Thermic
Emulsi disimpan pada suhu tinggi dan rendah secara bergantian pada waktu tertentu, kemudian pada suhu kamar dan seterusnya diamati hasilnya.

0 komentar:

Posting Komentar