Emulsi adalah suatu sistem dispersi
yang terdiri dari dua cairan yang tidak tercampurkan, yang satu terdispersi di
dalam yang lain dalam bentuk tetes-tetes kecil yang mempunyai diameter pada
umumnya kurang dari 0,1 mikron.
Umumnya emulsi terdiri dari fase minyak
dan fase air, dimana suatu campuran minyak dan air. Bila dikocok akan diperoleh
campuran yang homogen. Sistem yang demikian mempunyai stabilitas minimal dan
dalam waktu singkat akan memisah kembali. Stabilitas sistem ini dapat
diperbesar, dengan bantuan suatu bahan penolong yang disebut emulgator.
Dalam sitem dispersi tersebut cairan
yang terdispersi disebut fase dispers atau fase intern. Sedangkan cairan dimana
fase dispers disebut medium dispers atau fase ekstern/fase kontinnu. Kedua fase
tersebut yang berair dapat terdiri dari air atau campuran sejumlah substansi
hidrofil, seperti: alkohol, glikol, gula, garam mineral, garam organik dan
lain-lain. Fase yang lain adalah fase organik yang pada umumnya berminyak,
dapat terdiri dari susbtansi lipofil seperti asam lemak, alkohol asam lemak,
lilin, zat-zat aktif liposolubel dan lain-lain.
Tipe
Emulsi
Dalam farmasi zat cair yang pada
umumnya digunakan dalam formulasi sediaan emulsi adalah minyak dan air, maka
tipe emulsi dapat dibagi menjadi:
a. Emulsi tipe minyak/air (m/a) atau oleum/water (o/w)
Adalah
emulsi dimana minyak terdispersi dalam bentuk tetes-tetes kecil di dalam air.
b. Emulsi tipe air/minyak (a/m) atau water/oleum (w/o)
Emulsi dimana air terdispersi dalam
minyak.
Penggunaan
Emulsi
Sediaan farmasi maupun kosmetika
bentuk emulsi banyak sekali dijumpai baik untuk pemakaian topikal maupun
sistemik, misalnya :
Per-oral : Kebanyakan adalah
tipe o/w, bentuk ini mempunyai banyak keuntungan selain mudah diabsorbsi,
homogenitas dosis mudah didapat.
Topikal : dalam sediaan farmasi
topikal maupun kosmetika, tipe emulsi baik o/w maupun w/o banyak sekali
digunakan tergantung maksud penggunaannya.
Pembuatan
emulsi
Cara pencampuran
1.
Bila menggunakan surfaktan
a. Surfaktan yang larut dalam minyak, larutkan dalam minyak.
Sedangkan surfaktan yang larut dalam air dilarutkan dalam air. Kemudian fase
minyak ditambahkan ke dalam fase air. Cara ini digunakan bila diinginkan
terbentuknya sabun hasil reaksi, sebagai emulgator.
b. Fase minyak ditambah surfaktan (misalnya Tween dan span).
Dipanaskan kurang lebih 60-70oC kemudian fase air ditambahkan porsi
per porsi sambil diaduk hingga terbentuk emulsi, kemudian didinginkan sampai
temperatur kamar sambil dilakukan pengadukan.
2.
Bila menggunakan hidrokoloid atau padatan yang terdispersi
a.
Metoda Anglosaxon/Metoda Inggris/Gom Basah/Metoda Larutan
Dibuat musilago
antara emulgator dengan sebagian air, kemudian minyak dan air ditambahkan
sedikit demi sedikit secara bergantian sambil diaduk.
b.
Metoda Continental (4-2-1)/Metoda Gom Kering/Metode Suspensi
Minyak 4 bagian
ditambah gom 1 bagian dihomogenkan dalam mortir kering, kemudian ditambahkan 2
bagian air, diaduk hingga korpus emulsi, kemudian ditambahkan sisa airnya
sedikit demi sedikit sampai habis sambil diaduk.
c.
Metoda Botol/Botol Forbes
Metoda ini digunakan untuk
minyak-minyak menguap dan minyak-minyak kurang kental. Metoda ini merupakan
suatu variasi dari metode gom kering.
Alat
Untuk Membuat Emulsi
Dalam pelaksanaannya efektivitas
memperkecil ukuran partikel atau efektifitas perhomogenannya bisa berlainan
tergantung jenis alat yang digunakan.
1. Pengaduk (mixer)
Jenis pengaduk ini bermacam ragamnya tergantung dari banyak
volume cairan kekentalan dansebagainya. Alat ini mempunyai sifat menghomogenkan
dan sekaligus memperkecil ukuran partikel walaupun efek menghomogenkan cairan
lebih dominan. Selain spesifikasi untuk tiap alatnya, harus dijaga sekali agar
tidak terlalu banyak udara yang ikut terdispersi ke dalam cairan dan menjadi
buih. Karena semua yang terdispersi akan mengkonsumsi sebagian surfaktan
sehingga menjadi gelembung atau busa. Adanya busa ini terutama akan mengganggu
pembacaan volume bila dilakukan pengisian dalam wadah.
2. Homogenizer
Alat ini mempunyai karaktristik memperkecil ukuran partikel
yang sangat efektif namun tidak menghomogenkan campuran. Pengecilan partikel
terjadi karena cara kerja alat ini yaitu dengan menekan cairan, dipaksa melalui
suatu celah yang sempit yang kemudian dibenturkan ke suatu dinding atau
ditumbukkan pada peniti-peniti metal yang ada dalam celah tersebut. Cara ini
sangat efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel rata-rata kurang dari
1 mikron.
Kontrol
Emulsi
Kontrol emulsi dimaksudkan untuk
mengetahui sifat fisika dari emulsi dan dipergunakan untuk mengevaluasi
kestabilan emulsi.
Ada beberapa cara kontrol emulsi
:
1.
Determinasi tipe emulsi
-
Metode pengenceran : beberapa tetes emulsi ditambahkan dalam
tabung yang berisi air, bila campuran homogen atau emulsi terencerkan oleh air
maka emulsi bertipe o/w dan sebaliknya.
-
Metode pewarnaan : emulsi tipe o/w akan terwarnai oleh zat
warna yang larut dalam air dan sebaliknya emulsi tipe w/o dapat diwarnai oleh
zat warna yang larut dalam minyak.
-
Konduktibilitas elektrik : air pada umumnya merupakan
konduktor yang lebih baik dibanding minyak. Bila emulsi dapat menghantar
listrik maka emulsi tersebut bertipe o/w.
-
Pencucian
-
Percobaan cincin.
2.
Distribusi granulometrik
Dengan mengetahui distribusi granulometrik dari partikel
fase dispers dan diameter rata-ratanya, maka ini bisa untuk mengevaluasi
kestabilan emulsi vs waktu. Distribusi granulometrik juga menunjukkan tingkat
dispersitas yang dapat diketahui melalui pengamatan secara mikroskopis atau
mikrofotografik. Bila terjadi peristiwa koalesensi/pengapungan, diameter
rata-rata partikel akan berubah menjadi besar.
3.
Determinasi sifat rheologi
Kontrol
sifat rheologi adalah penting, karena perubahan sifat tersebut dapat disebabkan
proses fabrikasi maupun penyimpanan sehingga dapat mempengaruhi pemakaiannya.
4.
Tes penyimpanan yang dipercepat
Tes
ini dimaksudkan untuk memperpendek waktu pengamatan kestabilan suatu sediaan
suspensi. Dalam prakteknya agar diperoleh gambaran yang lebih mendekati keadaan
yang sesungguhnya perlu dicari korelasi antara kondisi pengamatan yang
dipercepat dengan pengamatan sesungguhnya dalam kondisi normal.
Ada beberapa cara tes penyimpanan
yang dipercepat:
1.
Temperatur 40 – 600C
Dengan
penyimpanan pada suhu relatif tinggi, maka viskositasnya akan menurun dan
seterusnya akan mempengaruhi kestabilan fisika emulsi.
2.
Sentrifugasi
Pemusingan
pada kecepatan tertentu akan menaikkan harga g (gravitasi) pada rumus Stokes,
sehingga akan terjadi pemisahan partikel yang lebih cepat pula.
3.
Shock Thermic
Emulsi disimpan pada suhu tinggi dan rendah secara
bergantian pada waktu tertentu, kemudian pada suhu kamar dan seterusnya diamati
hasilnya.
0 komentar:
Posting Komentar